;Kepada Bunda
Malam hilang timbul
Jutaan,bahkan milyaran pasang mata telah menghitungnya.
Dalam penanggalan
yang selalu lalu,dan selalu baru.
Dalam angka-angka,gelar bulan dan paraban hari
Seperti malam,di dadamu
rentang purnama dan bulan mati menjadi dekadensi warna,
ketika hujan panas dililit kabut;diantara harap cemas bocah-bocah berdaki masih menunggunya
sebelum terkubur diruang zamannya.
di malam,di dadamu.
Selalu ada masih,sepasang atau dua,mungkin tiga atau lebih pasang mata
yang menghitung asumsi waktu;sejak bunda mulai menangisi waktunya
dalam sebuah penantian panjang,
sepanjang malam masih
dimalam,di dadamu.
mereka;yang risih pedih bermimpi,memilih warna
dan untuk pelangimu.
yang setelah jenuh,menguliti mimpi-mimpinya sendiri.
dimalam,di dadamu
Atau;sampai hening dalam asuhan makam
dan kediktatoran batu nisan hanya untuk sekedar
menukarkan pagi,dengan malam di dadamu.
Merangin,01 November 2006
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar