Sabtu, 26 Februari 2011

MALAM di DADAMU

;Kepada Bunda


Malam hilang timbul
Jutaan,bahkan milyaran pasang mata telah menghitungnya.
Dalam penanggalan
           yang selalu lalu,dan selalu baru.
Dalam angka-angka,gelar bulan dan paraban hari


Seperti malam,di dadamu
rentang purnama dan bulan mati menjadi dekadensi warna,
ketika hujan panas dililit kabut;diantara harap cemas bocah-bocah berdaki masih menunggunya
sebelum terkubur diruang zamannya.


di malam,di dadamu.


Selalu ada masih,sepasang atau dua,mungkin tiga atau lebih pasang mata
yang menghitung asumsi waktu;sejak bunda mulai menangisi waktunya
dalam sebuah penantian panjang,
                                                 sepanjang malam masih


dimalam,di dadamu.


mereka;yang risih pedih bermimpi,memilih warna
dan untuk pelangimu.
yang setelah jenuh,menguliti mimpi-mimpinya sendiri.


dimalam,di dadamu


Atau;sampai hening dalam asuhan makam
dan kediktatoran batu nisan hanya untuk sekedar
menukarkan pagi,dengan malam di dadamu.

Merangin,01 November 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar