Adakah tulus memberi selain pemberianmu.
Setangkai namamu
berayun ditiang hening,
pohon malam.
Beterbangan dihempas lalu lalang jalanan,
saat siangku.
Terasa mirisku,
terseok
ditrotoar waktu yang pekat.
Namamu kupetik
dari sajak sang ibu,
sajak yang patah
aku merautnya
menjadi tangkai belati,yang rekat dijemariku.
Aku mengelusnya,dalam rupa gagang
mata tombak
tatapanmu menusukku
mengabadikanku dalam kubur panjang
tanpa nisan
dan aroma kemboja.
Saat gelap mengajariku tentang warna
dan ketika cahaya-cahaya yang sesekali
menggoda
lewat aroma keanggunan yang terpancar
di senyum paras ayumu.
Setangkai nama
yang tersemat dipesona kecantikanmu
mengebiri waktuku
hingga jarum-jarumnya terhenti melangkah
menjelma
menjadi belenggu
rindu
yang tak bertuan.
liar!
menggila!
mengamuk!
dalam rumusan masalah.
meradang!
menggarang!
meraung!
dalam sejarah analitis hipotesis.
Merampok!
merampas!
menjajah!
dalam skeptis daftar pustaka.
rasionalismeku terkubur
nalarku tertimbun
dan menjalar dalam lumpur hitam
hingga gubuk sekolah dimana telah
ku isap susunya roboh!
bangku-bangkunya remuk!
tak sanggup menerima kenyataan
akan hilangnya akal sehatku.
Rindu telah
membuat pandanganku beku
dan cinta
mereka bilang telah membuatku gila.
Itu karena mereka tak pernah mencoba masuk
ke dasar telingaku
mereka tak pernah mendengar
apa yang aku dengar.
Tak kan pernah ada logika
yang sanggup mengurai simpul-simpul
neuron dalam impuls
yang dijaga ketat sepasukan
dengan kekuatan penuh
cinta dalam sajak-sajakku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar