Rabu, 23 Februari 2011

Kepada Bunda

      Adakah kasih yang lebih selain kasihmu
      Adakah tulus memberi selain pemberianmu.


Setangkai namamu
berayun ditiang hening,
                pohon malam.
Beterbangan dihempas lalu lalang jalanan,
saat siangku.
Terasa mirisku,
             terseok
ditrotoar waktu yang pekat.

Namamu kupetik
dari sajak sang ibu,
           sajak yang patah
aku merautnya
menjadi tangkai belati,yang rekat dijemariku.
Aku mengelusnya,dalam rupa gagang
mata tombak
tatapanmu menusukku
mengabadikanku dalam kubur panjang
                     tanpa nisan
dan aroma kemboja.

Saat gelap mengajariku tentang warna
dan ketika cahaya-cahaya yang sesekali
menggoda
lewat aroma keanggunan yang terpancar
di senyum paras ayumu.
Setangkai nama
yang tersemat dipesona kecantikanmu
mengebiri waktuku
hingga jarum-jarumnya terhenti melangkah
menjelma
      menjadi belenggu
rindu
yang tak bertuan.

liar!
menggila!
mengamuk!
   dalam rumusan masalah.
meradang!
menggarang!
   meraung!
   dalam sejarah analitis hipotesis.

Merampok!
merampas!
       menjajah!
dalam skeptis daftar pustaka.
rasionalismeku terkubur
      nalarku tertimbun
dan menjalar dalam lumpur hitam
hingga gubuk sekolah dimana telah
            ku isap susunya roboh!
bangku-bangkunya remuk!
tak sanggup menerima kenyataan
akan hilangnya akal sehatku.
Rindu telah
membuat pandanganku beku
               dan cinta
mereka bilang telah membuatku gila.
Itu karena mereka tak pernah mencoba masuk
ke dasar telingaku
mereka tak pernah mendengar
apa yang aku dengar.

Tak kan pernah ada logika
yang sanggup mengurai simpul-simpul
                      neuron dalam  impuls
                      yang dijaga ketat sepasukan
dengan kekuatan penuh
cinta dalam sajak-sajakku.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar